07 Juli 2020

Tidak semua nasihat harus ditaati


"Udah terima aja, mungkin bukan jalannya."
Pernah denger "nasihat" kayak gitu? Ketika kamu sedang memperjuangkan sesuatu dengan daya dan upaya yang kamu miliki, namun, pada akhirnya "Flop". Semua buyar dalam sekejap. Pas kamu ceritain ke orang lain, sebagian dari mereka mungkin berkata seperti ini dengan maksud membesarkan hatimu agar tidak berlarut dalam kesedihan.
Dulu, saya "terlalu menelan mentah-mentah" nasihat seperti ini. Alih-alih berusaha lebih keras ketika gagal, atau mencari alternatif lain, saya malah "pasrah". Sikap pasrah, menurut saya, tidak bisa berlaku terhadap semua hal.
Semua keinginanmu berharga dan layak untuk dicapai. Dulu, saya senang sekali bermain drum, walaupun tidak memilikinya, saya kadang sengaja menyewa studio bersama teman-teman sekolah hanya untuk sekedar memainkan beberapa lagu. Pada suatu titik, saya tidak bisa keep up dengan teman-teman saya, tempo saya seriing menghancurkan permainan musik yang kami mainkan. Beberapa kali saya coba, hasilnya tidak maksimal. Saya berniat untuk belajar drum secara formal, lalu mengutarakan keinginan saya kepada orang tua, tapi apa yang dikatakan orang tua saya? "Udah terima aja, mungkin bukan jalannya. Belajar aja yang bener".
Nasihat ini tidak membawa saya kemana-mana, saya hanya menjadi average-salary-man. Setiap kegagalan yang saya alami dalam rangka mengejar keinginan saya, orang tua saya selalu datang dengan nasihat yang sama. Memang, mungkin niat mereka baik, agar saya tidak berlarut dalam kesedihan, tapi mereka juga lupa untuk mendorong saya agar bisa mencapai apa yang saya inginkan.
Saya tidak bermaksud menyalahkan orang tua saya sepenuhnya, karena saya yang sekarang adalah hasil keputusan-keputusan yang saya lalui, tapi saya yang sekarang juga tidak terlepas dari pola asuh orang tua saya.
Sekarang, saya sudah mempunyai anak, saya tidak akan membesarkan hati anak saya jika ia gagal, dengan nasihat ini. Saya akan meng-encourage dia agar terus mengejar apa yang ia inginkan sampai di titik, memang bukan jalannya.

02 Juli 2020

Apa hal kecil yang membuatmu senang?


Hari ini, istri saya mengirimkan foto ini, ini adalah sarapan paginya. Sejak kemarin sore ia
ngidam
(walaupun tidak sedang hamil) sarapan dengan nasi hangat ditambah sambel pecel dari tukang pecel langganan kami. Kemarin sore, ia membeli pecel ayam untuk makan malam sekaligus membeli khusus sambelnya untuk dimakan pagi ini.
Lihat betapa senangnya dia, lalu ini.
teurab =
bersendawa
Kalau ini, kejadian kemarin. Ketika saya menanyakan jam berapa anak saya pagi ini bangun dan bagaimana makannya. Untuk sebagian orang tua akan terdengar sepele, tapi untuk orang tua yang anaknya sulit sekali makan, mendengar anak makan lahap itu membuat bahagia.
Walaupun saya bekerja tidak jauh dari rumah, dan setiap hari bertemu, saya selalu menyempatkan waktu untuk menanyakan keadaan rumah, sekedar bertanya, "Sempat sarapan atau tidak?" bertanya "sempat" karena istri saya mengurus rumah semuanya sendiri, tanpa bantuan ART atau orang tuanya. Anak saya juga masih kecil, belum bisa lepas sepenuhnya.
Lalu, apa hubungannya dengan pertanyan di atas? Hal kecil yang membuat saya senang adalah
mendengar kabar baik dari orang-orang yang saya cintai.
Jangan sampai, kamu terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan atau sedang mengejar mimpi indahmu, sampai-sampai kamu lupa menanyakan kabar orang-orang yang kamu sayangi. Kabar ini mungkin akan kamu anggap hal biasa, sampai ketika kabar yang kamu terima adalah, kabar buruk dari mereka.